Masjid KH. Bedjo Darmoleksono
terletak di komplek Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur
Masjid bernuansa Tiongkok yang satu ini benar benar
istimewa, karena dibangun bukan oleh komunitas Muslim Tionghoa Indonesia tapi
justru dibangun oleh Universitas Muhammadiyah Malang. Ketika Universitas
Muhammadiyah Malang berencana membangun sebuah Rumah Sakit lengkap dengan
fasilitas Masjid, Rektorat UMM memutuskan untuk memprioritaskan pembangunan
masjid agar segera dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, dan setelah
beberapa kali berganti design ahirnya diputuskan untuk membangun sebuah masjid
dengan arsitektur Tiongkok.
Rektor UMM Dr. Muhadjir Effendy, MAP memberi nama
masjid itu dengan nama Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono, Nama seorang tokoh
pelopor Muhammadiyah di Malang. Pada saat artikel ini dibuat masjid ini belum
genap berumur sebulan dan Lantai satu masjid ini sementara waktu masih
digunakan sebagai kantor Pengelola Rumah Sakit.
Lokasi Masjid
Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono terletak di dalam
Komplek Rumah Sakit Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang di di Jl.
Tlogomas, sekitar 500 meter dari kampus III Universitas Muhammadiyah Malang.
Sejarah Pendirian
Rektor UMM, Dr. Muhadjir Effendy, MAP berharap agar
keberadaan masjid ini akan menjadi fasilitas untuk mendekatkan rumah sakit
dengan masyarakat. Masjid yang sudah lebih dulu selesai dibangun dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Menurut beliau membangun moral jauh lebih
penting sebelum membangun fisik. Itulah hal yang menjadi landasan utama kenapa
pihak rektorat UMM lebih memprioritaskan pembangunan masjid daripada
pembangunan fisik Rumah Sakit.
Masjid RS UMM ketika sedang dalam proses pembangunan Dan tentu saja pembangunan fisik Rumah sakit yang
ukuran nya jauh lebih besar dengan kompleksitas yang tinggi akan memakan waktu
lebih lama sebelum dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya. Seluruh
pembiayaan pembangunan Masjid dan Rumah sakit UMM ini ditanggung sendiri oleh
UMM meski tak menutup kemungkinan bila ada investor yang berminat untuk
menanamkan modal.
Pembangunan Masjid ini dimulai dengan peletakan batu
pertama proyek pembangunan komplek Rumah Sakit Universitar Muhammadiyah Malang
pada tanggal 22 Juli 2009 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Bambang
Sudibyo.
Penggunaan pertama kali Masjid ini dimulai dengan
solat Jumat pada tanggal 24 September 2010 yang lalu. Sholat jum’at tersebut
dihadiri ratusan jamaah yang terdiri dari masyarakat sekitar, para pekerja
bangunan RS dan sebagian pegawai UMM memenuhi masjid berukuran sekitar 300
meter persegi berlantai tiga itu. Sekretaris BPH UMM, Wakidi, menjadi khotib
pertama di masjid itu.
Masjid di komplek rumah sakit ini merupakan masjid
ketiga yang dibangun oleh UMM. Dua masjid lainnya terletak di kampus II UMM
bernama Masjid Ad-Dakwah dan Masjid AR Fahruddin di kampus III UMM. Masjid AR
Fahruddin yang memiliki bangunan lima lantai merupakan masjid kampus terbesar
di Asia Tenggara.
Nama KH M. Bedjo Darmoleksono pelopor Muhammadiyah di
Malang ini diambil untuk memberi spirit dakwah agar masjid tersebut memberi
manfaat bagi masyarakat sekitar, sebagaimana ketokohan Kyai Bedjo pada masanya.
Terkait dengan perizinan pihak rumah sakit UMM tidak
mau mengambil risiko ditolak warga sekitar. Itulah sebabnya, sejak membebaskan
lahan sekitar sembilan hektar, jauh hari UMM sudah melakukan pendekatan dengan
masyarakat. Respon warga pun sangat positif mendukung. Semua perijinan dan analisis lingkungan juga
sudah dilakukan sebelum pembangunan dimulai.
Komplek rumah sakit tempat dimana Masjid tersebut
berada nantinya akan dijadikan pusat pelayanan kesehatan yang menjangkau semua
lapisan masyarakat. Dengan sistem subsidi silang, masyarakat kurang mampu akan
disubsidi untuk mendapatkan pelayanan yang layak. Selain itu, RS UMM juga
diharapkan menjadi pusat riset medis untuk mengembangkan keilmuan kedokteran,
keperawatan dan farmasi, pusat rehabilitasi sosial, bahkan tidak menutup
kemungkinan ada pusat rehabilitasi ketergantungan narkoba.
Arsitektur Masjid
Dipilihnya arsitektur Tiongkok dengan tiga lapis atap
masjid, menandakan bahwa UMM bersifat terbuka, plural dan bisa belajar dari
mana saja, termasuk ke negeri China. Tiga lapis atap yang mirip masjid Muhammad
Cheng Ho Pasuruan itu, menandakan kekuatan Iman, Islam dan Ihsan.
Masjid Kyai Bedjo memiliki struktur bangunan yang
khas. Gaya arsitekturnya meniru gaya Tionghoa, yang mengingatkan kita pada
bentuk bangunan masjid Muhammad Cheng Ho di Pasuruan. Filosofi yang hendak
dibangun dari bentuk bangunan itu, diambil dari anjuran Islam untuk mencari
ilmu hingga ke negeri Cina. Dengan demikian, siapapun yang melihat dan
berkunjung di masjid itu diharapkan bisa terinspirasi hadis nabi ‘tuntutan ilmu
sampai ke Cina.